Sabtu, 18 Juni 2011

fantasiku, runtuh

Tadi malam aku mendapat tamparan bertubi-tubi dari seorang teman yang hendak membangunkan tidur fantasiku ke realita. Ia bilang buat apa terpuruk, buat apa terus berada dalam fantasi yang perlahan-lahan mulai runtuh itu, jika aku bisa bangun dan membuat semua fantasiku jadi nyata. Malam itu aku tak peduli karena aku merasakan sakit yang luar biasa yang tak ada seorang pun dapat menyembuhkannya. Malam itu aku hanya tau bahwa fantasi itu tak selamanya indah. Namun malam itu juga aku perlahan-lahan bangun dari fantasiku yang membelengguku selama beberapa bulan terakhir ini. Fantasi yang hanya aku dan pangeran kuda putihku saja yang merasa keindahan semu itu ada. Ya pangeran kuda putih yang telah meninggalkanku demi seorang putri dari kerajaan tetangga yang baru saja ia temui. Pangeran kuda putih yang menjanjikan berjuta keindahan dunia yang bisa kita genggam bersama-sama. Pangeran kuda putih yang selama ini menaruhku diatas menara agar tak seorang pun tau aku ada. Pangeran kuda putih yang selama ini ternyata tak pernah mengakuiku.
Sesalku pada fantasiku tak sebanding dengan semua pelajaran yang aku pelajari saat berada menara itu. Mataku tertutup dari seluruh keindahan dunia yang aku lewatkan karena belenggu pangeran kuda putih itu. Sahabat-sahabat peri, kurcaci, burung-burung belibis serta awan-awan diangkasa mencoba memperingati aku bahwa aku tak akan bahagia jika terus berada di menara itu. Tapi aku bersih keras tetap berada dalam menara itu, menara yang berdiri kokoh atas keyakinan dan kepercayaan penuhku pada pangeran kuda putihku itu. Menara dimana pelajaran yang belum pernah kusentuh aku pelajari dengan mudah karena bimbingan pangeranku itu. Tanpa sadar menara itu perlahan-lahan keropos, goyah terhempas angin yang mencoba menyapih aku dari menara itu. Dan pada suatu hari menara itu hancur, rubuh membawaku ikut jatuh terpuruk dan terjerembab. Menimpaku pada tumpukan-tumpukan kepercayaan kosong. Membawaku ke kegelapan yang selama ini belum pernah aku datangi sebelumnya. Membawaku ke kesakitan tiada tanding yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Saat itu aku tau pangeranku tidak akan membantuku bangun, saat itu aku tau dy telah pergi mengejar sesuatu yang lebih berharga untuknya. Meninggalkan apa yang dulu dia bilang begitu indah, meninggalkan semua kata-kata yang seharusnya tak pernah aku pegang.
Aku sadar timbunan itu tak akan membuatku pergi kemana-mana, stagnan. Tapi perlahan demi perlahan ada cahaya didepan mataku. Ada tangan yang mencoba menggapaiku. Ya tangan-tangan mungil sahabat-sahabatku yang mencoba menggapai aku dari timbunan-timbunan nestapa yang membawa aku ke keterpurukan. Perlahan aku bangkit, perlahan mataku terbuka akan indahnya dunia. Perlahan aku melihat dunia ini bukan hanya milik aku dan pangeran kuda putih yang dari awal bukan milikku. Sakit itu masih terasa namun semua keindahan dunia perlahan bisa mengobati sakit itu. Perlahan, ya perlahan.
Lalu disini aku, bangun dari lamunan fantasiku. Mencoba menghadapi dunia dengan jiwa baru. Jiwa yang tak membiarkan masa lalu membelengguku. Jiwa yang akan selalu kuat untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup yang baru, sesulit apa pun itu. Karena jiwa itu tau, you are not alone.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar